BAB
I
PENDAHULUAN
A. Pengertian Desain Instruksional.
Pengembangan instruksional adalah
cara yang sistematis dalam mengidentifikasi, mengembangkan, dan mengevaluasi
seperangkat materi dan strategi yang diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu (Twelker,1972).
Hasil akhir dari pengembangan
instruksional ialah suatu sistem instruksional, yaitu materi dan strategi
belajar mengajar yang dikembangkan secara empiris dan konsisten telah dapat
mencapai tujuan instruksional tertentu.
Pengembangan instruksional ini
terdiri dari seperangkat kegiatan yang meliputi perencanaan, pengembangan, dan
evaluasi terhadap sistem instruksional yang sedang dikembangkan tersebut
sehingga, setelah mengalami beberapa kali revisi, sistem instruksional tersebut
dapat memuaskan hati pengembangnya.
Pengembangan instruksional adalah
teknik pengelolaan dalam mencari pemecahan masalah-masalah instruksional atau,
setidak-tidaknya, dalam mengoptimalkan pemanfaatan sumber belajar yang ada
untuk memperbaiki pendidikan.
Desain Instruksional sebuah upaya untuk meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan pendekatan sistem Instruksional. Pendekatan sistem dalam Instruksional lebih produktif untuk semua tujuan Instruksional di mana setiap komponen bekerja dan berfungsi untuk mencapai tujuan Instruksional. Komponen seperti instruktur, peserta didik, materi, kegiatan Instruksional, sistem penyajian materi, dan kinerja lingkungan belajar saling berinteraksi dan bekerja sama untuk mewujudkan hasil Instruksional pebelajar yang dikehendaki.
Desain Instruksional sebuah upaya untuk meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan pendekatan sistem Instruksional. Pendekatan sistem dalam Instruksional lebih produktif untuk semua tujuan Instruksional di mana setiap komponen bekerja dan berfungsi untuk mencapai tujuan Instruksional. Komponen seperti instruktur, peserta didik, materi, kegiatan Instruksional, sistem penyajian materi, dan kinerja lingkungan belajar saling berinteraksi dan bekerja sama untuk mewujudkan hasil Instruksional pebelajar yang dikehendaki.
Desain sistem Instruksional meliputi
untuk perencanaan, pengembangan, implementasi, dan evaluasi Instruksional.
B. Komponen Desain Instruksional
Model Dick and Carey.
Model Dick – Carey adalah model
desain Instruksional yang dikembangkan oleh Walter Dick, Lou Carey dan James O
Carey. Model ini adalah salah satu dari model prosedural, yaitu model yang
menyarankan agar penerapan prinsip disain Instruksional disesuaikan dengan
langkah-langkah yang harus di tempuh secara berurutan.
Model Dick – Carey tertuang dalam
Bukunya The Systematic Design of Instruction edisi 6 tahun 2005. Perancangan
Instruksional menurut sistem pendekatan model Dick & Carey terdapat
beberapa komponen yang akan dilewati di dalam proses pengembangan dan
perencanaan tersebut. Langkahnya ditunjukkan pada gambar 1 berikut ini :
Berikut adalah langkah pengembangan
desain Instruksional menurut dick dan carey :
1. Identifikasi Tujuan (Identity
Instructional Goal(s)).
Tahap awal model ini adalah
menentukan apa yang diinginkan agar pebelajar dapat melakukannya ketika mereka
telah menyelesaikan program Instruksional. Tujuan Instruksional mungkin dapat
diturunkan dari daftar tujuan, dari analisis kinerja (performance analysis),
dari penilaian kebutuhan (needs assessment), dari pengalaman praktis
dengan kesulitan belajar pebelajar, dari analisis orang-orang yang melakukan
pekerjaan (Job Analysis), atau dari persyaratan lain untuk instruksi
baru.
2. Melakukan Analisis
Instruksional (Conduct Instructional Analysis).
Langkah ini, pertama mengklasifikasi
tujuanke dalam ranah belajar Gagne, menentukan langkah-demi-langkah apa yang
dilakukan orang ketika mereka melakukan tujuan tersebut (mengenali keterampilan
bawahan / subordinat). Langkah terakhir dalam proses analisis
Instruksional adalah untuk menentukan keterampilan, pengetahuan, dan sikap,
yang dikenal sebagai perilaku masukan (entry behaviors), yang diperlukan
peserta didik untuk dapat memulai Instruksional. Peta konsep akan menggambarkan
hubungan di antara semua keterampilan yang telah diidentifikasi.
3. Analisis Pembelajar dan
Lingkungan (Analyze Learners and Contexts).
Langkah ini melakukan analisis
pembelajar, analisis konteks di mana mereka akan belajar, dan analisis konteks
di mana mereka akan menggunakannya. Keterampilan pembelajar, pilihan, dan sikap
yang telah dimiliki pembelajar akan digunakan untuk merancang strategi
Instruksional.
4. Merumuskan Tujuan
Performansi (Write Performance Objectives).
Pernyataan-pernyataan tersebut
berasal dari keterampilan yang diidentifikasi dalam analisis Instruksional,
akan mengidentifikasi keterampilan yang harus dipelajari, kondisi di mana
keterampilan yang harus dilakukan, dan kriteria untuk kinerja yang sukses.
5. Pengembangan Tes
Acuan Patokan (Develop Assessment Instruments).
Berdasarkan tujuan performansi yang
telah ditulis, langkah ini adalah mengembangkan butir-butir penilaian yang
sejajar (tes acuan patokan) untuk mengukur kemampuan siwa seperti yang diperkirakan
dari tujuan. Penekanan utama berkaitan diletakkan pada jenis keterampilan yang
digambarkan dalam tujuan dan penilaian yang diminta.
6. Pengembangan Siasat
Instruksional (Develop Instructional Strategy).
Bagian-bagian siasat Instruksional
menekankan komponen untuk mengembangkan belajar pebelajar termasuk kegiatan
praInstruksional, presentasi isi, partisipasi peserta didik, penilaian, dan
tindak lanjut kegiatan.
7. Pengembangan atau Memilih
Material Instruksional (Develop and Select Instructional Materials).
Ketika kita menggunakan istilah
bahan Instruksional kita sudah termasuk segala bentuk Instruksional seperti
panduan guru, modul, overhead transparansi, kaset video, komputer berbasis
multimedia, dan halaman web untuk Instruksional jarak jauh. maksudnya bahan
memiliki konotasi.
8. Merancang dan
Melaksanakan Penilaian Formatif (Design and Conduct Formative Evaluation of
Instruction).
Ada tiga jenis evaluasi formatif
yaitu penilaian satu-satu, penilaian kelompok kecil, dan penilaian uji lapangan.
Setiap jenis penilaian memberikan informasi yang berbeda bagi perancang untuk
digunakan dalam meningkatkan Instruksional. Teknik serupa dapat diterapkan pada
penilaian formatif terhadap bahan atau Instruksional di kelas.
9. Revisi Instruksional
(Revise Instruction).
Strategi Instruksional ditinjau
kembali dan akhirnya semua pertimbangan ini dimasukkan ke dalam revisi
Instruksional untuk membuatnya menjadi alat Instruksional lebih efektif.
10. Merancang dan
Melaksanakan Evaluasi Sumatif (Design And Conduct Summative Evaluation).
Hasil-hasil pada tahap di atas dijadikan dasar
untuk menulis perangkat yang dibutuhkan. Hasil perangkat selanjutnya divalidasi
dan diujicobakan di kelas/ diimplementasikan di kelas dengan evaluasi sumatif.