Jumat, 20 September 2013

Sejarah Negeri China

SEJARAH NEGERI CHINA
Oleh: Mu’arif Nur Rizqi


Sejarah membuktikan bahwa China merupakan sumber peradaban bagi banyak bangsa yang hidup di Asia Timur, seperti Korea, Jepang, dan Vietnam yang berada dalam lingkaran budaya China. Namun tidak sampai di sana saja pengaruh China, karena pancaran cahaya peradaban tersebut juga mencapai Tibet, Mongolia, Asia Tengah, dan Asia Tenggara. Perjalanan sejarah China memiliki proses yang sangat panjang dimulai dari zaman prasejarah, zaman dinasti, sampai pada berdirinya China baru yaitu dimulainya Pemerintahan Republik China.
Kondisi geografis China memiliki keadaan yang heterogen (berbeda), (1) Dataran tinggi di bagian barat daya China dengan rangkaian pegunungan tinggi yakni Himalaya, (2) Padang rumput (stepa) di bagian utara China, (3) Pantai yang membentang dari muara sungai Amur serta memanjang ke selatan, (4) dan daerah-daerah subur terletak di banyak aliran-aliran sungai besar seperti sungai Sungari dan Lao di Manchuria, sungai kuning di dataran rendah China tengah, sungai Yangzi, Dataran rendah Kanton, dan sungai Merah di Vietnam.
Bahasa di daratan China dan sekitarnya terjadi persebaran para pengguna bahasa tersebut yaitu, rumpun bahasa Altai di antara Siberia dan China utara, bahasa korea dan jepang, rumpun bahasa Sino-Tibet di dataran tinggi Himalaya, rumpun bahasa Austro-Asia di daerah Yunnan, dan rumpun bahasa Melayu-Polinesia di daerah Taiwan.
Keadaan etnografi di China terjadi pula keberagaman. Etnis terbesar adalah etnis Han atau Tionghoa. Etnis tionghoa tersebar di daratan China, sekitarnya, bahkan di Vietnam, Myanmar, Malaysia, Filipina, Indonesia, dan lain-lain. Selain etnis tionghoa, juga ada etnis Tibet (Zang), Uigur (Hui), Manchuria, Mongol, dan lain-lain.
Mata pencarian di China tergantung keadaan alam di daerah masing-masing, seperti bidang pertanian di daerah subur tepian sungai, bidang peternakan di daerah stepa (padang rumput), sementara penduduk dataran tinggi Himalaya hidup baik dari pertanian maupun peternakan.
Zaman prasejarah di China ditandai dengan ditemukannya fosil Sinanthropus pekinensis pada tahun 1923 di Zhoukoudian dekat Beijing. Kebudayaan-kebudayaan prasejarah di China pun ada banyak di antaranya ialah (1) Kebudayaan keramik dan gerabah Yangshao dan Longshan, (2) Kebudayaan Dawenkou dengan ciri pembuatan bejana-bejana keramik berkulit tipis, (3) Kebudayaan Majiabang dengan peninggalan keramik merah dan kelabu yang memiliki pola tali, garis, kurva, dan lain sebagainya, (4) Kebudayaan Liangzhu dengan ciri batu giok berkualitas sebagai peninggalannya, dan (5) Kebudayaan Majiayao yang memiliki peninggalan berupa keramik merah sebagai alat-alat rumah tangga yang kaya akan pola yang bermacam-macam.

Berbicara tentang sejarah Cina, pasti tidak akan lepas dengan banyaknya dinasti yang menghiasi setiap zaman kesejarahan Cina. Berikut beberapa intisari dari bab-bab yang penulis kutip dari buku History of China yang ditulis oleh Ivan Taniputera.

A.    Dinasti Xia (Berawalnya Sistem Dinasti)
Dinasti Xia sebagai dinasti pertama dalam sejarah Tiongkok berlangsung hampir 500 tahun antara abad ke-21 dan ke-16 sebelum masehi. Wilayah sentral kekuasaannya terletak di sekitar bagian selatan Provinsi Shanxi Tiongkok Utara dan bagian barat Provinsi Henan Tiongkok Tengah. Pendiri Dinasti Xia, Da Yu adalah tokoh pahlawan sejarah yang berhasil menjinakkan banjir dan memberi kehidupan tenteram kepada rakyat. Konon, Da Yu berhasil menjinakkan Sungai Kuning yang hampir setiap tahun meluap sehingga mendapat dukungan rakyat marga dan pada akhirnya mendirikan Dinasti Xia. Berdirinya Dinasti Xia menandakan masyarakat primitif yang panjang telah digantikan oleh masyarakat sistem milik pribadi, sejak itu Tiongkok telah memasuki masyarakat sistem perbudakan.
Pada masa akhir Dinasti Xia, kekacauan politik berkecamuk dalam Keluarga Kerajaan Xia dan kontrdiksi klas semakin meruncing. Khususnya Raja Xia Jie, raja terakhir Dinasti Xia setelah naik takhta hanya tahu berfoya-foya tanpa memikirkan perbaikan pemerintahan. Setiap hari ia cuma tahu minum arak dan main-main dengan selirnya tanpa peduli akan penderitaan rakyat. Menteri yang berani mengajukan nasihat segera dibunuhnya. Maka, negara-negara kepangeranan dari Dinasti Xia beramai-ramai melakukan pemberontakan. Pada saat itulah, salah satu negara kepangeranan bernama Shang mengambil kesempatan untuk menyerang pasukan Raja Xia Jie dan akhirnya berhasil mengalahkannya. Xia Jie kemudian meninggal dalam perajalanan pelariannya di Nan Cao dan tamatlah sejarah Dinasti Xia.

B.     Dinasti Shang (1766-1122 SM): Masuknya China ke Zaman Sejarah
Dinasti Shang merupakan dinasti yang pertama dicatat dalam dokumen sejarah di China. Dinasti Shang yang bersejarah 600 tahun itu dimulakan kira-kira pada Abad ke-16 sebelum Masihi, ibu kotanya selalu dipindahkan dan akhirnya ditetapkan di kawasan sekitar Anyang, provinsi Henan sekarang. Pengkajian arkeologi menunjukkan bahawa tamadun China telah berkembang pada awal Dinasti Shang dan telah munculnya tulisan kulit kura-kura dan kebudayaan perunggu pada zaman itu. Tulisan kulit kura-kura itu ditemui oleh penghuni kampung Xiaotun di kawasan barat laut Anyang, provinsi Henan pada awal abad ke-20. Kampung itu dipastikan sebagai Runtuhan Yin yang merupakan ibu kota Dinasti Shang pada zaman dahulu.
Penemuan Runtuhan Yin itu bererti penting dalam usaha arkeologi di China pada abad ke-20. Banyak barang-barang artifak yang berharga ditemui di Runtuhan Yin, antaranya kulit kura-kura dan tulang binatang yang bertulis, barang-barang perunggu dan lain-lain. Selain itu, teknik peleburan perunggu telah berkembang maju pada Dinasti Shang. Antara barang-barang perunggu yang ditemukan di Runtuhan Yi itu termasuk sebuah tungku yang beratnya 875 kilogram itu merupakan karya unggul dalam peleburan perunggu di China. Berdasarkan kajian arkeologi, konsep negara dan sistem pribadi telah wujud pada Dinasti Shang tersebut.

C.    Dinasti Zhou (1122-256 SM): Lahirnya Para Filosof Besar
Raja terakhir Dinasti Shang, Di Xin adalah merupakan seorang penguasa yang kejam, sebagaimana halnya Jie, raja terakhir Dinasti Xia. Dengan tanpa memperdulikan kekacauan yang terjadi di negaranya, ia memerintahkan pembangunan istana dan taman-taman yang indah. Untuk menekan orang-orang yang tidak bersedia patuh padanya, dipergunakanlah alat-alat penyiksaan yang mengerikan, kekacauan di tengah masyarakat pun makin menjadi-jadi.
Zhou, sebuah negeri di daerah perbatasanpun menjadi makin maju. Ia semakin bertambah kuat di bawah pemerintahan Raja Wen. Tatkala Raja Wen wafat, maka puteranya, Ji Fa, menggantikannya memerintah negeri tersebut dengan gelar Raja Wu. Pada tahun 1122 SM dengan disertai oleh Jiang Shang dan Zhou Dan, Raja Wu melakukan serangan untuk menghukum kelaliman Dixin. Pada saat itu, tentara Shang yang telah banyak menderita akibat ulah raja mereka sendiri, berbalik mendukung Raja Wu dan bersama-sama berbaris menuju ibu kota Shang. Di Xin bunuh diri dan berakhirlah Dinasti Shang.
Secara tradisional Dinasti Zhou dibagi menjadi empat periode sebagai berikut: Zhou Barat, yang beribukotakan di Houjing, berkuasa hingga tahun 711 SM, Dinasti Zhou Timur yang memindahkan ibu kotanya ke sebelah timur (kota Luoyang sekarang), ChunQiu [Jaman Musim Semi dan Rontok] (770-476 SM), dan ZhanGuo [Masa Perang Antar Negeri] (475-221 M). Dinasti Zhou merupakan dinasti yang terlama memerintah di Tiongkok, yakni sekitar 800 tahun dan terkenal oleh karena pencapaiannya dalam bidang filosofis.
Pada masa dinasti ini lahirlah para filosof yang terkemuka, seperti misalnya: Lao Zi, Kong Zi (yang terkenal di Barat dengan sebutan Confucius di-Indonesiakan sebagai Konfusius atau Khonghucu), Meng Zi (lebih terkenal di Barat dengan sebutan Mencius di-Indonesiakan sebagai Mensius), dan lain sebagainya. Namun yang terpenting dari semua ahli filsafat itu memang hanya tiga yakni: Lao Zi, Kong Zi dan Meng Zi.
Selain ketiga ahli filsafat terkemuka tersebut, terdapat pula aliran filsafat yang cukup penting, yakni legalisme (Fajia).Barangkali sebelum melanjutkan pembahasan, kita perlu mempelajari secara ringkas riwayat dan ajaran masing-masing ahli filsafat terkemuka tersebut. Selain itu kita juga akan membahas mengenai aliran Fajia (legalisme), karena akan berperanan penting terhadap penyatuan Tiongkok di bawah Dinasti Qin.
D.    Dinasti Qin (221-206 SM)
Antara tahun 230 – 221 SM, mulailah usaha Zheng untuk menaklukkan seluruh Tiongkok. Pada tahun 221 SM usaha ini berhasil dan ia mendirikan dinasti baru sebagai pengganti Dinasti Zhou serta menggelari dirinya sebagai Qin Shihuangdi, yang berarti “Kaisar Pertama dari Dinasti Qin”.
Karena kekejaman raja, Dinasti Qin tidak bertahan lama, dan hanya berlangsung selama dua generasi. Kaisar Zheng wafat pada tahun 210 SM saat sedang dalam perjalanan. Seharusnya yang ditunjuk sebagai pengganti adalah putera pertama kaisar yang bernama Fu Su. Namun Li Si, penasehat kaisar memalsukan surat perintah yang isinya memerintahkan agar Fu Su melakukan bunuh diri. Li Si kemudian merekayasa agar putera kedua raja, yang bernama Hu Hai naik tahta dan bergelar Er Shihuangdi (Kaisar Kedua). Pada jamannya terjadi penindasan yang lebih besar terhadap rakyat dengan jalan menaikkan pajak. Para petani yang telah menderita hidupnya di bawah Dinasti Qin melakukan pemberontakan, dimana pemberontakan – pemberontakan ini kemudian semakin meluas bagaikan cendawan di musim hujan.

E.     Dinasti Han (206 SM-221 M)
Liu Bang kemudian berhasil naik tahta dan mendirikan dinasti baru yang bernama Han (206 SM – 221 M). Ia bergelar Han Gaozu (206 – 195 SM). Para ahli membagi Dinasti Han ini menjadi dua, yakni Han Barat, yang beribu kota di Chang an dan Han Timur yang beribu kota di Luoyang. Dinasti Han ini sempat ter putus sejenak oleh kudeta dari Wang Mang, dimana ia mendirikan Dinasti Xin (9 – 25) yang berumur singkat. Tetapi kemudian Kaisar Han Guangwu (25 – 57) yang juga terkenal dengan sebutan Guang Wudi berhasil merestorasi kembali Dinasti Han. Oleh karena itu Dinasti Han sebelum pemberontakan Wang Mang disebut dengan Dinasti Han Barat dan Dinasti Han sesudahnya disebut dengan Han Timur.
Dinasti Han ini cukup terkenal dalam sejarah Tiongkok karena beberapa penemuan pentingnya. Kertas sebagai contoh ditemukan pada tahun 105 M oleh seorang sarjana yang bernama Cai Lun saat pemerintahan Kaisar Han Hedi (88 – 106). Penemuan kertas yang berasal dari bambu ini benar-benar merombak secara total penulisan buku-buku serta mendorong kemajuan dalam dunia tulis-menulis. Sulit dibayangkan apabila di jaman modern ini kita belum mengenal kertas. Sebelum ditemukannya kertas, buku ditulis di atas lempengan bambu yang dikaitkan satu sama lain dengan tali. Jika kita masih menggunakan buku semacam itu, dapat dibayangkan betapa beratnya sejilid kamus misalnya. Penemuan kertas ini pada gilirannya mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dunia.
Penemuan penting dalam bidang teknologi lainnya adalah seismograf oleh Zhang Heng (78 – 139 M) yang dapat menghitung kekuatan gempa beserta arah asalnya. Peristiwa penting lainnya pada masa Dinasti Han adalah masuknya Agama Buddha ke Tiongkok.
F.     Zaman Tiga Negara
Setelah pemberontakan Cao maka dinasti Hna terpecah menjadi tiga Negara. Ketiga Negara ini terus berperang memperebutkan kekuasaan tertinggi.
1.     Kerajaan We
Cao Bei berhasil menggulingkan kekaisaran Han dan mengangkat diri sebagai kaisar dari dinasti wei. Untuk meligitimasi kekuasaanya, Cao Bei melarang seseorang mengajukan petisi, ususlan, maupun permohonan kepada ratu sehingga melangkahi wewenang seorang kaisar. Seluruh kerabat para isteri raja dijauhkan dari posisi penting kerajaan. Cao Bei digantikan oleh puteranya yang bernama Cao Rui.
2.    Kerajaan shu
Ketika Cao Bei menggulingkan tahta kerajaa Han, Liu Bei yang merasa sebagai keturunan dinasti Han mengangkat diri sebagai kaisar demi meneruskan berlangsungnya dinasti tersebut dan memberi nama negerinya Shu. Liu bei wafat pada pertempuran Yiling dan digantikan oleh puteranya Liu Shan.
3.    Kerajaan Wu
Ketika cao Bei mengkudeta Kiasar han dan Liyu Bei mengangkat diri sebagai kaisar, Sun Quan menganngkat diri menjadi kaisar dan menamai kerajaannya dengan nam Wu yang beribukota di Janye. Pada masa pemerintahannya terjadi persekutuan dengan kerajaan Shu untuk memerangi Wei. Pada masa kekuasaan Kaisar Feidi kekuatan Wu digerogoti dari dalam oleh Sun Lin.
Kekuasaan keluarga sima berhasil mengendalikan tapuk pemerintahan kerajaan Wei. Sima berhasil menaklukan kesajaan Shu pada tahun 264 M. Sima Yan akhirnya mengangkat diri sebagai kaisar dinasti Jin dan pada tahun 280 berhasil menaklukan kerajaan Wu.

G.    Dinasti Jin
Setelah berhasil mendirikan dinasti Jin, sima yan mengangkat dirinya menjadi kaisar dan bergelar Wudi. Pada masa kekuasaannya cina berhasil disatukan kembali. Dinasti jin berlangsung selama 265 -317, karena serangan suku Barbar, Jin terpaksa memindahkan kekuasaannya keselatan dan semenjak itu mulailah era dinasti Jin timur. Jin timur tidak bisa merebut kembali wilayah uatar yang dikussasi oleh bangsa barbar tuoba. Jin timur juga menghadapi permasalahan internal berupa pemberontakan petani dibagian barat. Permasalahan ini berhasil diatasi namun meninggalkan bencana kelaparan. Dinasti jin berakhir ketika Liu Yu merebit tahta dan mendirikan dinasti Song.
H.    Dinasti Utara-Selatan
Runtuhnya dinasti jin membuat cina terpecah menjadi banyak Negara-negara kecil yang tidak berusia lama. Cina utara dikuasai oleh banyak kerajaan-kerajaan kecil yang tidak berusia panjang karena saling berperang dan menaklukan satu sama lain. Secara keseluruhan ada lima suku yang menanamkan kekuasaan di wilayah utara yaitu Xiongnu (Hun), Xianbe (mongolia), Jia, Di (tibet), dan Qiang (tibet).
Kerajaan-kerajaan kecil di utara tersebut akhirnya berhasil ditaklukan oleh kerajaan wei utara. Sementara di selatan bangsa tionghoa masih berhasil mempertahankan dirinya dan mendirikan berbagi dinasti yang silih berganti. Dimulai dengan dinasti Liu Song, Dinasti Qi, dinasti Liang, dan dinasti Cheng.

I.       Dinasti Sui
Tiongkok baru dapat bersatu kembali di bawah pemerintahan Dinasti Sui (581-618) yang didirikan oleh Yang Jian dengan gelarnya Sui Wendi (581-604). Beliau merupakan seorang raja berkemampuan tinggi, yang sanggup memulihkan perdamaian setelah masa kacau selama ratusan tahun. Untuk membantunya dalam memerintah ia juga menunjuk menteri-menteri yang pandai serta berusaha untuk meningkatkan pertanian.
Pengganti Yang Jian, Kaisar Sui Yangdi (604 – 617) sayangnya bukan kaisar yang cakap dan lebih mementingkan bermewah – mewah ketimbang mengurus masalah kenegaraan. Dengan mengabaikan protes para menterinya, Yangdi memerintahkan pembangungan ibu kota kedua, Luoyang. Dua juta pekerja telah diperintahkan untuk membangun istana megah serta danau buatan di kota tersebut lengkap dengan tamannya yang memiliki luas 155 km2. Kala musim dingin tiba, pada pohon-pohon di taman tersebut digantungkan daun dan bunga-bungaan dari sutra. Kaisar Yangdi melanjutkan pembangunan terusan yang telah dimulai oleh Kaisar Sui Wendi yang menghubungkan utara dan selatan, mulai dari lembah Sungai Yangzi hingga mencapai daerah Beijing sekarang. Terusan sepanjang kurang lebih 2000 km tersebut dapat dikatakan merupakan salah satu mahakarya Bangsa Tionghoa, karena dibangun sekitar 12 abad lebih dahulu dibandingkan dengan pembangungan Terusan Suez oleh bangsa Barat. Kejatuhan Yangdi dipercepat oleh usahanya yang gagal untuk menaklukkan Korea, dimana hal tersebut sangat menghabiskan sumber daya negara.
Pada masa akhir pemerintahannya Sungai Huanghe meluap yang mengakibatkan penderitaan di kalangan rakyat. Kerusuhan terjadi di mana-mana. Li Yuan seorang tokoh militer dari Utara menaklukkan ibu kota Chang-an dan Yangdipun melarikan diri ke selatan, di mana ia dicekik sampai mati oleh putera seorang menteri yang pernah dipermalukannya.
Li Yuan kemudian mengangkat cucu Yangdi sebagai Kaisar Gongdi (617-618) dan ia sendiri menjadi walinya, tetapi setahun kemudian diturunkannya dari tahta dan ia sendiri mengangkat dirinya sebagai kaisar dengan gelar Tang Gaozong (618 – 626). Dengan demikian berakhirlah Dinasti Sui dan masa kekuasaan Dinasti Tangpun mulailah.
J.      Dinasti Tang
Setelah Dinasti Tang berdiri keadaan tidaklah langsung aman. Selama kurang lebih enam tahun kekacauan yang diakibatkan oleh pertikaian antar berbagai fraksipun berkecamuk. Li Yuan dengan dibantu puteranya Li Shimin berjuang keras untuk memulihkan perdamaian. Usaha ini akhirnya berhasil dan meletakkan dasar bagi kestabilan politik di sepanjang sejarah Dinasti Tang.
Li Yuan adalah seorang yang berbelas kasih, ia menjamin kelangsungan hidup para keluarga raja Dinasti Sui. Pada tahun 626 ia turun tahta dan digantikan oleh puteranya, Li Shimin, yang bergelar Kaisar Tang Taizong (626 – 649). Di bawah pemerintahan Taizong, Tiongkok menjadi negara adikuasa. Dengan kecerdasannya dalam bidang politik yang mengkombinasikan kekuatan militer dan diplomasi, serta memecah belah suku-suku di sekitarnya, ia menjadikan Tiongkok sebagai negara terkuat di Asia Utara. Ia menghancurkan sepenuhnya kekuatan suku – suku Turki Timur dan berhasil menguasai Daerah Ordos serta Mongolia Dalam.
Pada masa kekuasaan Taizong hubungan antara timur dan barat makin terbuka dan Chang-an, ibu kota Dinasti Tang menjadi kota terbesar dan termegah pada jamannya. Salah satu prestasi terkenal pada masa kini adalah perjalanan Bhikshu Xuanzang (kembali ke Chang-an pada tahun 645) untuk mengambil kitab suci Tripitaka di India, dimana perjalanan ini mengandung semangat penjelajahan yang baru menghinggapi bangsa barat sekitar 600 tahun kemudian. Rute perjalanannya mirip dengan rute Marcopolo, sehingga Xuanzang terkadang disebut sebagai Marcopolonya Tiongkok.
Pengganti Taizong adalah kaisar-kaisar lemah. Berturut-turut Tiongkok diperintah oleh Gaozong (649 – 683), Zhongzong (684; 705 – 710), dan Ruizong (684 – 690; 710 – 712). Kaisar Gaozong adalah seorang yang lemah secara fisik, sehingga akhirnya sedikit demi sedikit kekuasaan jatuh pada selir kesayanganya yang ambisius, bernama Wu Zetian (690 – 705). Ketika Gaozong terkena stroke pada tahun 660 dan mengalami kebutaan serta kelumpuhan, Wu mulai bertindak atas nama suaminya di dalam memegang kekuasaan kenegaraan.
Setelah kematian suaminya, Wu mengangkat berturut-turut dua orang kaisar, yakni Zhongzong dan Ruizong sebagai kaisar boneka, sebelum akhirnya pada tahun 690, ia mengangkat dirinya sendiri sebagai kaisar dan menyebut Dinastinya dengan nama Zhou. Namun sayang sekali Wu lupa diri dan melakukan tindakan yang bertentangan dengan moralitas di istananya. Penyuapan dan korupsi marak di mana-mana, sehingga sang kaisar wanitapun kehilangan simpati rakyat. Pada tahun 705 setelah gagal menyelamatkan kekasih-kekasihnya dari pembunuhan oleh pengawal istana yang marah, Ratu Wu turun tahta. Kaisar Zhongzong dan Ruizong naik tahta kembali, sehingga dengan demikian Dinasti Tang bangkit kembali.
Kebudayaan dan kesenian dinasti Tang makin berkibar pada masa kaisar berikutnya yang bergelar Xuanzong (712 – 756), dimana ia juga merupakan seorang seniman. Salah satu prestasi besarnya adalah pembuatan patung lembu yang terbuat dari besi tuang, dimana patung tersebut ditemukan kembali pada tahun 1989 sejumlah empat buah.
Hasil karya tersebut menunjukkan betapa majunya Tiongkok di dalam seni pengolahan dan pengecoran logam. Ilmuwan terkenal pada masa Xuanzong adalah Yixing (683 – 727), yang sekaligus merupakan seorang Bhikshu Buddha. Ia adalah orang pertama yang menghitung panjangnya garis bujur bumi dan penemu sebuah alat yang khusus dipergunakan untuk mengukur panjang lingkaran garis bujur. Yixing juga merupakan penterjemah beberapa kitab-kitab suci Buddhis dari Bahasa Sansekerta ke Bahasa Mandarin (antara lain Kitab Mahavairocana Sutra) sehingga memperkaya kesusasteraan Tiongkok.
Kaisar-kaisar Dinasti Tang setelah Xuanzong merupakan kaisar-kaisar yang lemah dan masa akhir Dinasti Tang ditandai dengan kekacauan dan pemberontakan. Salah satu pemberontakan terbesar yang menggoyahkan Dinasti Tang adalah pemberontakan An Lushan yang berlangsung hingga tahun 763 selama pemerintahan dua kaisar, yakni Suzong (756 – 762) dan Daizong (762 – 779). Pemberontakan ini menyita kekayaan dan kekuatan Dinasti Tang. Kelemahan Dinasti Tang ini tidak disia-siakan oleh Bangsa Tibet yang berulang kali menyerang Tiongkok hingga tahun 777. Hingga menjelang akhir hayatnya, para kaisar terakhir Dinasti Tang gagal untuk mempertahankan kekuasaannya atas para gubernur setempat. Bahkan jarang dari para kaisar tersebut yang memerintah lebih dari 15 tahun. Salah seorang dari para gubernur yang makin kuat tersebut, Zhu Wen, membunuh Kaisar Zhaozong (888 ¡V 904), serta mengangkat putera kesembilannya, Aidi (904 – 907) sebagai kaisar boneka. Namun pada akhirnya ia sendiri mengangkat dirinya sebagai kaisar serta memproklamasikan berdirinya Dinasti Liang Akhir, sehingga berakhirlah Dinasti Tang.
Selama periode berikutnya, Tiongkok kembali mengalami perpecahan dan kekacauan. Lima dinasti secara berturut-turut berkuasa di utara (Liang Akhir, Tang Akhir, Jin Akhir, Han Akhir, dan Zhou Akhir), sementara itu di selatan terdapat sepuluh kerajaan. Oleh karenanya periode sejarah ini dinamakan Wu Dai Shi Guo (Lima Dinasti dan Sepuluh Kerajaan).
K.    Zaman Lima Dinasti dan Sepuluh Kerajaan
Runtuhnya dinasti tang membawa cina dalam zaman kegelapan yang cukup panjang. Cina mengalami zaman kegelapan dan kekacauan ini hampir setengah abad. Diwilayah utara secara bergantian berdiri lima dinasti yang masing-masing hanya berkuasa dalam waktu yang relative singkat, yaitu:
1.        Liang akhir (907-923) yang didirikan oleh Liang Tiazu setelah berhasil mengahncurkan dinasti Tang.
2.       Tang kahir (923-947) yang didirikan Li cunxu yang berhasil menaklukan Liang akhir.
3.       Jian akhir (936-947) didirikan oleh Shih Ching Tang
4.      Han akhir (947-951) didirikan oleh Liau Chi Yuan
5.       Zhou akhir (951-960) didirikan oleh cou wei, tapi kerajaan ini tidak berlangsung lama karena Zhao kuangyin merebut tahta dan mendirikan dinasti shong.
Sementara itu di selatan secara silih berganti berdiri sepuluh kerajaan yang keadaannya lebih stabil. Adapun kerajaan-kerajaan tersebut adalah:
1.   Kerajaan Wu (902-937)
2.   Kerajaan Tong selatan (937-965)
3.   Kerajaan Ping selatan (924-963)
4.   Kerajaan Chu (927-951)
5.   Kerajaan shu awal (907-925)
6.      Kerajaan Shu akhir (934-965)
7.       Kerajaan Ming (909-945)
8.      Kerajaan utara (951-979)
9.       Kerajaan Han Utara (917-971)
10.    Kerajaan Wu Yue (907-978)

L.     Dinasti Song
Zhao Kuangyin merupakan seorang panglima perang dari dinasti Zhou akhr yang berhasil mempersatukan cina dan mendirikan dinasti Song. Zhao berhasil menghapuskan kekuasaan para gubernur militer sehingga politik menjadi lebih stabil. Lima penguasa pertama dinasti song merupakan penguasa berpikiran palinng maju dalam sejarah cina. Namun dinasti song harus memindahkan kekuasaannya ke selatan Karen serbuan Bengsa Jin. Ibu kota song dipindahkan ke Linan oleh panngeran Zhao Gou. Pada masa dinasti Song selatan Cina mengalami ketidak stabilan baik dari segi politik maupun militer. Dinasti Song runtuh karena serangan bangsa mongol pada masa kekuasaan kubilai khan.

M.   Dinasti Yuan
Dinasti Yuan merupakan dinasti asing di Cina karena didirikan oleh bangsa mongol. Dinasti Yuan secara resmi didirikan oleh kubilai khan, walaupun sebenarnya Jengsi khan lah yang menjadi pelopor dari idnasti ini. Periwtiwa penting yang terjadi pada masa kubilai khan adalah berkunjungnya marcopolo yang sekaligus menandai adanya hubungan antara dunia timur dengan dunia barat. Kubilai khan juga terkenal sebagai raja yang terus melakukan invansi besar-besaran kea rah timur dan selata, yaitu ke korea, jepang, campa, annam, dan jawa. kubilai khan juga terkenal sebagai seorang raja yang sangat toleransi dengan umat beragama.
Kubilai khan digantikan oleh temur oijeitu. Pada masa pemerintahannya ditandatangani perjanjian perdamaian dengan jepang. Akhir dinasti Yuan terjadi banyak benacan alam, seperti banjir dan wabah penyakit sampar. Selain itu juga terjadi banyak pemberontakan antara lain pemberontakan topi merah yang dipimpin oleh zhu Yuanzhang.  

N.    Dinasti Ming
Zhu Yuanzhang berhasil mengusir bangsa mongol kembali ke utara dan menghancurkan dinasti Yuan. Ia mendirikan dinasti Ming dengan ibukota di Yingtian. Zhu Yuanzhang menjabat sebagai kaisar. Ia melakukan reformasi sistem pemerintahan dan birokrasi untuk mencegah menculnya lembaga pemerintahan yang mempunyai wewenang yang terlalu besar.
Dipenghujung dinasti Ming, pemberontakan marak terjasi di seluruh negeri. Beijing jatuh ke tangan Li Zicheng. Li bersengketa dengan salah satu jederal ming, wu Sangui. Untuk menunbangkan Li zicheng, Wu Sangui menangkapi seluruh keluarga Li yang tinggal di ibukota Ming. Mereka diserahkan kepada suku Manchu. Wu dibantu suku Manchu akhirnya bisa mengalahkan Li. Suku Manchu akhirnya membangun kekuasaan baru di tanah china.


O.    Dinasti Qing
Dinasti qing dikenal juga dengan sebutan dinasti Manchu. Setelah berhasil mengalahkan Li, orang-orang Manchu akhirnya bisa menguasai Beijing pada tahun 1644. Pangeran Duo’ergun akhirnya mendirikan dinasti Qing dan mengangkat Shunzui sebagai kaisar pertamanya. Dengan bantuan jendrak-jendral Ming yang membelot, pasukan Qing mampu menghabisi sisa-sisa keluarga kerajaan Ming yang berusaha mendirikan tahta baru di selatan.
Dinasti Qing terkenal dengan kebijakannya yaitu memaksa orang-orang China menuruti cara berpakaian dan gaya rambut bangsa Manchu, yaitu mencukur rambut bagian depan dan mengepang rambut bagian belakang. Bagi orang China kebijakan ini merupakan sebuah hinaan. Namun mereka tidak bisa menolak karena bagi orang China yang tidak mau menurut akan mendapat hukuman penggal.
Kehadiran bangsa barat awal abad ke-18 menggerogoti kekuasaan bangsa Manchu. Terjadi banyak pemberontakan, yang terbesar adalah pemberontakan Taiping. Setelah itu meletus perang candu dan terjadi revolusi kebudayaan China. Dengan berakhirnya Dinasti Qing maka berakhir pula sistem kekuasaan dinasti di China.

P.     China Modern
China adalah sebuah fenomena menarik dalam dunia modern. Tidak ada yang pernah mengerti dengan benar negara bangsa dengan peradaban terlama di dunia ini mampu menggerakkan kemajuan ekonomi mengikuti selurus asas kapitalistik yang dibungkus dengan sebutan ekonomi pasar sosialis.
Banyak yang masih mencari apa yang menjadi kekuatan penggerak di balik kemajuan yang berhasil dicapai dalam kurun 30 tahunan, menjadikan China sebagai negara yang sangat berpengaruh yang mampu melampaui keberhasilan ekonomi dan perdagangan Jepang, Jerman, Inggris, dan negara maju lain.
Banyak yang percaya kalau Partai Komunis China (PKC) adalah mesin penggerak utama yang menghasilkan berbagai perubahan, termasuk memperkenalkan asas kapitalistik dan menjadikan para pedagang dan pengusaha ikut menjadi bagian sebagai anggota PKC. Dan tema penting adalah bagaimana menempatkan rakyat ke dalam keseluruhan pembangunan.
Ada empat aksara China yang menjadi inti penting bagaimana kekuasaan China menempatkan rakyatnya. Empat aksara yang ditulis tangan oleh Mao Zedong ketika mendirikan RRC dan menjadi simbol (foto atas) adalah ”wei renmin fuwu”. Mengabdi untuk rakyat. Aksara yang terpampang di mana-mana, termasuk gerbang utama Zhongnanhai, tempat para pejabat negara bekerja dan tinggal.
Rakyat menjadi tema sentral kekuasaan PKC dan dilema utama yang ingin diselaraskan sesuai dengan kemajuan yang dicapai adalah bagaimana menempatkan adat istiadat sesuai dengan konteks kemajuan modernisasi China.
Kapital-sosialisme
China adalah negara dengan catatan peradaban yang panjang dan agama ataupun kepercayaan di China sekarang ini menjadi isu penting dalam mengisi kemajuan pembangunan ekonomi dan menempatkan PKC sebagai penggerak dan pelopor utamanya.
Salah satu fenomena menarik adalah berdirinya patung Konfusius di Lapangan Tiananmen, lapangan sakral tempat diproklamasikannya RRC. Selama sejarah kekuasaan komunis, terutama pada masa Revolusi Kebudayaan, penguasa PKC melakukan pembatuan total pemikiran rakyat China atas ajaran dan kepercayaan yang dianggap menghambat terbentuknya masyarakat sosialis.
Setelah kemajuan yang dicapai China selama ini, ada persoalan yang dihadapi bagaimana mengisi kesejahteraan dalam persaingan ekonomi di kalangan rakyat dalam sistem terbuka. Kehadiran patung perunggu Konghucu di Lapangan Tiananmen, Beijing, menunjukkan bahwa ada kesadaran para penguasa Beijing perlunya sebuah pegangan bagi rakyat yang sesuai dengan karakteristik China.
Robert Lawrence Kuhn buku terbarunya How China’s Leader Think: The Inside Story of China’s Reform and What This Means for the Fuuture (John Wiley & Sons, 2010) menceritakan bagaimana dilema para pemimpin China antara tingkat kepercayaan dalam ekonomi pasar dan rasa bisnis yang harus muncul agar tidak terjadi stagnasi dalam masyarakat.
Ada semacam upaya untuk menggali kembali nilai-nilai tradisional lama yang pernah menjadikan berbagai kekaisaran China mengalami masa kejayaannya, dan menggabungkannya dengan berbagai prinsip yang dianut PKC untuk menghasilkan nilai-nilai yang berkarakteristik China.
China tidak hanya membangun dengan penuh percaya diri tentang sosialisme ala China, tetapi juga kapitalisme ala China untuk menjadi kapital-sosialisme ala China yang sesuai dengan budaya, moral, dan etika yang menjadi fondasi masa kejayaan kekaisaran China yang lalu. Dan ini upaya dilakukan dengan pemisahan yang jelas dan tegas, persoalan politik yang tidak bisa bercampur dengan masalah kemajuan pembangunan ekonomi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar