SEJARAH NEGERI CHINA
Oleh: Mu’arif Nur Rizqi
Sejarah membuktikan bahwa China merupakan sumber
peradaban bagi banyak bangsa yang hidup di Asia Timur, seperti Korea, Jepang,
dan Vietnam yang berada dalam lingkaran budaya China. Namun tidak sampai di
sana saja pengaruh China, karena pancaran cahaya peradaban tersebut juga
mencapai Tibet, Mongolia, Asia Tengah, dan Asia Tenggara. Perjalanan sejarah
China memiliki proses yang sangat panjang dimulai dari zaman prasejarah, zaman
dinasti, sampai pada berdirinya China baru yaitu dimulainya Pemerintahan
Republik China.
Kondisi geografis China memiliki keadaan yang
heterogen (berbeda), (1) Dataran tinggi di bagian barat daya China dengan
rangkaian pegunungan tinggi yakni Himalaya, (2) Padang rumput (stepa) di bagian
utara China, (3) Pantai yang membentang dari muara sungai Amur serta memanjang
ke selatan, (4) dan daerah-daerah subur terletak di banyak aliran-aliran sungai
besar seperti sungai Sungari dan Lao di Manchuria, sungai kuning di dataran
rendah China tengah, sungai Yangzi, Dataran rendah Kanton, dan sungai Merah di
Vietnam.
Bahasa di daratan China dan sekitarnya terjadi
persebaran para pengguna bahasa tersebut yaitu, rumpun bahasa Altai di antara
Siberia dan China utara, bahasa korea dan jepang, rumpun bahasa Sino-Tibet di
dataran tinggi Himalaya, rumpun bahasa Austro-Asia di daerah Yunnan, dan rumpun
bahasa Melayu-Polinesia di daerah Taiwan.
Keadaan etnografi di China terjadi pula keberagaman.
Etnis terbesar adalah etnis Han atau Tionghoa. Etnis tionghoa tersebar di daratan
China, sekitarnya, bahkan di Vietnam, Myanmar, Malaysia, Filipina, Indonesia,
dan lain-lain. Selain etnis tionghoa, juga ada etnis Tibet (Zang), Uigur (Hui),
Manchuria, Mongol, dan lain-lain.
Mata pencarian di China tergantung keadaan alam di
daerah masing-masing, seperti bidang pertanian di daerah subur tepian sungai,
bidang peternakan di daerah stepa (padang rumput), sementara penduduk dataran
tinggi Himalaya hidup baik dari pertanian maupun peternakan.
Zaman prasejarah di China ditandai dengan ditemukannya
fosil Sinanthropus pekinensis pada
tahun 1923 di Zhoukoudian dekat Beijing. Kebudayaan-kebudayaan prasejarah di
China pun ada banyak di antaranya ialah (1) Kebudayaan keramik dan gerabah
Yangshao dan Longshan, (2) Kebudayaan Dawenkou dengan ciri pembuatan
bejana-bejana keramik berkulit tipis, (3) Kebudayaan Majiabang dengan
peninggalan keramik merah dan kelabu yang memiliki pola tali, garis, kurva, dan
lain sebagainya, (4) Kebudayaan Liangzhu dengan ciri batu giok berkualitas
sebagai peninggalannya, dan (5) Kebudayaan Majiayao yang memiliki peninggalan
berupa keramik merah sebagai alat-alat rumah tangga yang kaya akan pola yang
bermacam-macam.
Berbicara tentang
sejarah Cina, pasti tidak akan lepas dengan banyaknya dinasti yang menghiasi
setiap zaman kesejarahan Cina. Berikut beberapa intisari dari bab-bab yang
penulis kutip dari buku History of China
yang ditulis oleh Ivan Taniputera.
A. Dinasti Xia (Berawalnya Sistem Dinasti)
Dinasti Xia sebagai dinasti pertama dalam sejarah Tiongkok berlangsung
hampir 500 tahun antara abad ke-21 dan ke-16 sebelum masehi. Wilayah sentral
kekuasaannya terletak di sekitar bagian selatan Provinsi Shanxi Tiongkok Utara
dan bagian barat Provinsi Henan Tiongkok Tengah. Pendiri Dinasti Xia, Da Yu
adalah tokoh pahlawan sejarah yang berhasil menjinakkan banjir dan memberi
kehidupan tenteram kepada rakyat. Konon, Da Yu berhasil menjinakkan Sungai
Kuning yang hampir setiap tahun meluap sehingga mendapat dukungan rakyat marga
dan pada akhirnya mendirikan Dinasti Xia. Berdirinya Dinasti Xia menandakan
masyarakat primitif yang panjang telah digantikan oleh masyarakat sistem milik
pribadi, sejak itu Tiongkok telah memasuki masyarakat sistem perbudakan.
Pada masa akhir Dinasti Xia, kekacauan politik berkecamuk dalam Keluarga
Kerajaan Xia dan kontrdiksi klas semakin meruncing. Khususnya Raja Xia Jie,
raja terakhir Dinasti Xia setelah naik takhta hanya tahu berfoya-foya tanpa
memikirkan perbaikan pemerintahan. Setiap hari ia cuma tahu minum arak dan main-main
dengan selirnya tanpa peduli akan penderitaan rakyat. Menteri yang berani
mengajukan nasihat segera dibunuhnya. Maka, negara-negara kepangeranan dari
Dinasti Xia beramai-ramai melakukan pemberontakan. Pada saat itulah, salah satu
negara kepangeranan bernama Shang mengambil kesempatan untuk menyerang pasukan
Raja Xia Jie dan akhirnya berhasil mengalahkannya. Xia Jie kemudian meninggal
dalam perajalanan pelariannya di Nan Cao dan tamatlah sejarah Dinasti Xia.
B.
Dinasti Shang (1766-1122 SM):
Masuknya China ke Zaman Sejarah
Dinasti Shang merupakan dinasti yang pertama dicatat dalam dokumen sejarah
di China. Dinasti Shang yang bersejarah 600 tahun itu dimulakan kira-kira pada
Abad ke-16 sebelum Masihi, ibu kotanya selalu dipindahkan dan akhirnya
ditetapkan di kawasan sekitar Anyang, provinsi Henan sekarang. Pengkajian
arkeologi menunjukkan bahawa tamadun China telah berkembang pada awal Dinasti
Shang dan telah munculnya tulisan kulit kura-kura dan kebudayaan perunggu pada
zaman itu. Tulisan kulit kura-kura itu ditemui oleh penghuni kampung Xiaotun di
kawasan barat laut Anyang, provinsi Henan pada awal abad ke-20. Kampung itu
dipastikan sebagai Runtuhan Yin yang merupakan ibu kota Dinasti Shang pada
zaman dahulu.
Penemuan Runtuhan Yin itu bererti penting dalam usaha arkeologi di China
pada abad ke-20. Banyak barang-barang artifak yang berharga ditemui di Runtuhan
Yin, antaranya kulit kura-kura dan tulang binatang yang bertulis, barang-barang
perunggu dan lain-lain. Selain itu, teknik peleburan perunggu telah berkembang
maju pada Dinasti Shang. Antara barang-barang perunggu yang ditemukan di
Runtuhan Yi itu termasuk sebuah tungku yang beratnya 875 kilogram itu merupakan
karya unggul dalam peleburan perunggu di China. Berdasarkan kajian arkeologi,
konsep negara dan sistem pribadi telah wujud pada Dinasti Shang tersebut.
C. Dinasti Zhou (1122-256 SM): Lahirnya Para Filosof
Besar
Raja
terakhir Dinasti Shang, Di Xin adalah merupakan seorang penguasa yang kejam,
sebagaimana halnya Jie, raja terakhir Dinasti Xia. Dengan tanpa memperdulikan kekacauan
yang terjadi di negaranya, ia memerintahkan pembangunan istana dan taman-taman
yang indah. Untuk menekan
orang-orang yang tidak bersedia patuh padanya, dipergunakanlah alat-alat
penyiksaan yang mengerikan, kekacauan di tengah masyarakat pun makin
menjadi-jadi.
Zhou,
sebuah negeri di daerah perbatasanpun menjadi makin maju. Ia semakin bertambah
kuat di bawah pemerintahan Raja Wen. Tatkala Raja Wen wafat, maka puteranya, Ji
Fa, menggantikannya memerintah negeri tersebut dengan gelar Raja Wu. Pada tahun
1122 SM dengan disertai oleh Jiang Shang dan Zhou Dan, Raja Wu melakukan
serangan untuk menghukum kelaliman Dixin. Pada saat itu, tentara Shang yang
telah banyak menderita akibat ulah raja mereka sendiri, berbalik mendukung Raja
Wu dan bersama-sama berbaris menuju ibu kota Shang. Di Xin bunuh diri dan
berakhirlah Dinasti Shang.
Secara
tradisional Dinasti Zhou dibagi menjadi empat periode sebagai berikut: Zhou
Barat, yang beribukotakan di Houjing, berkuasa hingga tahun 711 SM, Dinasti
Zhou Timur yang memindahkan ibu kotanya ke sebelah timur (kota Luoyang
sekarang), ChunQiu [Jaman Musim Semi dan Rontok] (770-476 SM), dan ZhanGuo
[Masa Perang Antar Negeri] (475-221 M). Dinasti Zhou merupakan dinasti yang
terlama memerintah di Tiongkok, yakni sekitar 800 tahun dan terkenal oleh
karena pencapaiannya dalam bidang filosofis.
Pada
masa dinasti ini lahirlah para filosof yang terkemuka, seperti misalnya: Lao
Zi, Kong Zi (yang terkenal di Barat dengan sebutan Confucius di-Indonesiakan
sebagai Konfusius atau Khonghucu), Meng Zi (lebih terkenal di Barat dengan
sebutan Mencius di-Indonesiakan sebagai Mensius), dan lain sebagainya. Namun
yang terpenting dari semua ahli filsafat itu memang hanya tiga yakni: Lao Zi,
Kong Zi dan Meng Zi.
Selain
ketiga ahli filsafat terkemuka tersebut, terdapat pula aliran filsafat yang
cukup penting, yakni legalisme (Fajia).Barangkali sebelum melanjutkan
pembahasan, kita perlu mempelajari secara ringkas riwayat dan ajaran
masing-masing ahli filsafat terkemuka tersebut. Selain itu kita juga akan
membahas mengenai aliran Fajia (legalisme), karena akan berperanan penting
terhadap penyatuan Tiongkok di bawah Dinasti Qin.
D. Dinasti Qin (221-206 SM)
Antara tahun 230 –
221 SM, mulailah usaha Zheng untuk menaklukkan seluruh Tiongkok. Pada tahun 221
SM usaha ini berhasil dan ia mendirikan dinasti baru sebagai pengganti Dinasti
Zhou serta menggelari dirinya sebagai Qin Shihuangdi, yang berarti “Kaisar
Pertama dari Dinasti Qin”.
Karena kekejaman raja, Dinasti Qin tidak bertahan lama, dan hanya
berlangsung selama dua generasi. Kaisar Zheng wafat pada tahun 210 SM saat
sedang dalam perjalanan. Seharusnya yang ditunjuk sebagai pengganti adalah
putera pertama kaisar yang bernama Fu Su. Namun Li Si, penasehat kaisar
memalsukan surat perintah yang isinya memerintahkan agar Fu Su melakukan bunuh
diri. Li Si kemudian merekayasa agar putera kedua raja, yang bernama Hu Hai
naik tahta dan bergelar Er Shihuangdi (Kaisar Kedua). Pada jamannya terjadi
penindasan yang lebih besar terhadap rakyat dengan jalan menaikkan pajak. Para
petani yang telah menderita hidupnya di bawah Dinasti Qin melakukan
pemberontakan, dimana pemberontakan – pemberontakan ini kemudian semakin meluas
bagaikan cendawan di musim hujan.
E. Dinasti Han (206 SM-221
M)
Liu
Bang kemudian berhasil naik tahta dan mendirikan dinasti baru yang bernama Han
(206 SM – 221 M). Ia bergelar Han Gaozu (206 – 195 SM). Para ahli membagi
Dinasti Han ini menjadi dua, yakni Han Barat, yang beribu kota di Chang an dan
Han Timur yang beribu kota di Luoyang. Dinasti Han ini sempat ter putus sejenak
oleh kudeta dari Wang Mang, dimana ia mendirikan Dinasti Xin (9 – 25) yang
berumur singkat. Tetapi kemudian
Kaisar Han Guangwu (25 – 57) yang juga terkenal dengan sebutan Guang Wudi
berhasil merestorasi kembali Dinasti Han. Oleh karena itu Dinasti Han sebelum
pemberontakan Wang Mang disebut dengan Dinasti Han Barat dan Dinasti Han
sesudahnya disebut dengan Han Timur.
Dinasti
Han ini cukup terkenal dalam sejarah Tiongkok karena beberapa penemuan
pentingnya. Kertas sebagai contoh ditemukan pada tahun 105 M oleh seorang
sarjana yang bernama Cai Lun saat pemerintahan Kaisar Han Hedi (88 – 106).
Penemuan kertas yang berasal dari bambu ini benar-benar merombak secara total
penulisan buku-buku serta mendorong kemajuan dalam dunia tulis-menulis. Sulit
dibayangkan apabila di jaman modern ini kita belum mengenal kertas. Sebelum
ditemukannya kertas, buku ditulis di atas lempengan bambu yang dikaitkan satu
sama lain dengan tali. Jika kita masih menggunakan buku semacam itu, dapat
dibayangkan betapa beratnya sejilid kamus misalnya. Penemuan kertas ini pada
gilirannya mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dunia.
Penemuan
penting dalam bidang teknologi lainnya adalah seismograf oleh Zhang Heng (78 –
139 M) yang dapat menghitung kekuatan gempa beserta arah asalnya. Peristiwa
penting lainnya pada masa Dinasti Han adalah masuknya Agama Buddha ke Tiongkok.
F. Zaman Tiga Negara
Setelah pemberontakan Cao maka
dinasti Hna terpecah menjadi tiga Negara. Ketiga Negara ini terus berperang
memperebutkan kekuasaan tertinggi.
1. Kerajaan We
Cao Bei berhasil menggulingkan kekaisaran Han dan
mengangkat diri sebagai kaisar dari dinasti wei. Untuk meligitimasi
kekuasaanya, Cao Bei melarang seseorang mengajukan petisi, ususlan, maupun
permohonan kepada ratu sehingga melangkahi wewenang seorang kaisar. Seluruh
kerabat para isteri raja dijauhkan dari posisi penting kerajaan. Cao Bei
digantikan oleh puteranya yang bernama Cao Rui.
2. Kerajaan shu
Ketika Cao Bei menggulingkan tahta kerajaa Han, Liu
Bei yang merasa sebagai keturunan dinasti Han mengangkat diri sebagai kaisar
demi meneruskan berlangsungnya dinasti tersebut dan memberi nama negerinya Shu.
Liu bei wafat pada pertempuran Yiling dan digantikan oleh puteranya Liu Shan.
3. Kerajaan Wu
Ketika cao Bei mengkudeta Kiasar han dan Liyu Bei
mengangkat diri sebagai kaisar, Sun Quan menganngkat diri menjadi kaisar dan
menamai kerajaannya dengan nam Wu yang beribukota di Janye. Pada masa
pemerintahannya terjadi persekutuan dengan kerajaan Shu untuk memerangi Wei.
Pada masa kekuasaan Kaisar Feidi kekuatan Wu digerogoti dari dalam oleh Sun
Lin.
Kekuasaan keluarga sima berhasil mengendalikan tapuk
pemerintahan kerajaan Wei. Sima berhasil menaklukan kesajaan Shu pada tahun 264
M. Sima Yan akhirnya mengangkat diri sebagai kaisar dinasti Jin dan pada tahun
280 berhasil menaklukan kerajaan Wu.
G.
Dinasti
Jin
Setelah berhasil mendirikan dinasti
Jin, sima yan mengangkat dirinya menjadi kaisar dan bergelar Wudi. Pada masa
kekuasaannya cina berhasil disatukan kembali. Dinasti jin berlangsung selama
265 -317, karena serangan suku Barbar, Jin terpaksa memindahkan kekuasaannya
keselatan dan semenjak itu mulailah era dinasti Jin timur. Jin timur tidak bisa
merebut kembali wilayah uatar yang dikussasi oleh bangsa barbar tuoba. Jin timur
juga menghadapi permasalahan internal berupa pemberontakan petani dibagian
barat. Permasalahan ini berhasil diatasi namun meninggalkan bencana kelaparan.
Dinasti jin berakhir ketika Liu Yu merebit tahta dan mendirikan dinasti Song.
H.
Dinasti
Utara-Selatan
Runtuhnya dinasti jin membuat
cina terpecah menjadi banyak Negara-negara kecil yang tidak berusia lama. Cina
utara dikuasai oleh banyak kerajaan-kerajaan kecil yang tidak berusia panjang
karena saling berperang dan menaklukan satu sama lain. Secara keseluruhan ada
lima suku yang menanamkan kekuasaan di wilayah utara yaitu Xiongnu (Hun),
Xianbe (mongolia), Jia, Di (tibet), dan Qiang (tibet).
Kerajaan-kerajaan kecil di utara tersebut akhirnya berhasil ditaklukan oleh kerajaan
wei utara. Sementara di selatan bangsa tionghoa masih berhasil mempertahankan
dirinya dan mendirikan berbagi dinasti yang silih berganti. Dimulai dengan
dinasti Liu Song, Dinasti Qi, dinasti Liang, dan dinasti Cheng.
I. Dinasti Sui
Tiongkok
baru dapat bersatu kembali di bawah pemerintahan Dinasti Sui (581-618) yang
didirikan oleh Yang Jian dengan gelarnya Sui Wendi (581-604). Beliau merupakan
seorang raja berkemampuan tinggi, yang sanggup memulihkan perdamaian setelah
masa kacau selama ratusan tahun. Untuk
membantunya dalam memerintah ia juga menunjuk menteri-menteri yang pandai serta
berusaha untuk meningkatkan pertanian.
Pengganti
Yang Jian, Kaisar Sui Yangdi (604 – 617) sayangnya bukan kaisar yang cakap dan
lebih mementingkan bermewah – mewah ketimbang mengurus masalah kenegaraan.
Dengan mengabaikan protes para menterinya, Yangdi memerintahkan pembangungan
ibu kota kedua, Luoyang. Dua juta pekerja telah diperintahkan untuk membangun
istana megah serta danau buatan di kota tersebut lengkap dengan tamannya yang
memiliki luas 155 km2. Kala musim dingin tiba, pada pohon-pohon di taman
tersebut digantungkan daun dan bunga-bungaan dari sutra. Kaisar Yangdi
melanjutkan pembangunan terusan yang telah dimulai oleh Kaisar Sui Wendi yang
menghubungkan utara dan selatan, mulai dari lembah Sungai Yangzi hingga
mencapai daerah Beijing sekarang. Terusan sepanjang kurang lebih 2000 km
tersebut dapat dikatakan merupakan salah satu mahakarya Bangsa Tionghoa, karena
dibangun sekitar 12 abad lebih dahulu dibandingkan dengan pembangungan Terusan
Suez oleh bangsa Barat. Kejatuhan Yangdi dipercepat oleh usahanya yang gagal
untuk menaklukkan Korea, dimana hal tersebut sangat menghabiskan sumber daya
negara.
Pada
masa akhir pemerintahannya Sungai Huanghe meluap yang mengakibatkan penderitaan
di kalangan rakyat. Kerusuhan terjadi di mana-mana. Li Yuan seorang tokoh
militer dari Utara menaklukkan ibu kota Chang-an dan Yangdipun melarikan diri
ke selatan, di mana ia dicekik sampai mati oleh putera seorang menteri yang
pernah dipermalukannya.
Li
Yuan kemudian mengangkat cucu Yangdi sebagai Kaisar Gongdi (617-618) dan ia
sendiri menjadi walinya, tetapi setahun kemudian diturunkannya dari tahta dan
ia sendiri mengangkat dirinya sebagai kaisar dengan gelar Tang Gaozong (618 –
626). Dengan demikian berakhirlah Dinasti Sui dan masa kekuasaan Dinasti
Tangpun mulailah.
J. Dinasti Tang
Setelah
Dinasti Tang berdiri keadaan tidaklah langsung aman. Selama kurang lebih enam
tahun kekacauan yang diakibatkan oleh pertikaian antar berbagai fraksipun
berkecamuk. Li Yuan dengan dibantu puteranya Li Shimin berjuang keras untuk
memulihkan perdamaian. Usaha ini akhirnya berhasil dan meletakkan dasar bagi
kestabilan politik di sepanjang sejarah Dinasti Tang.
Li
Yuan adalah seorang yang berbelas kasih, ia menjamin kelangsungan hidup para
keluarga raja Dinasti Sui. Pada tahun 626 ia turun tahta dan digantikan oleh
puteranya, Li Shimin, yang bergelar Kaisar Tang Taizong (626 – 649). Di bawah
pemerintahan Taizong, Tiongkok menjadi negara adikuasa. Dengan kecerdasannya
dalam bidang politik yang mengkombinasikan kekuatan militer dan diplomasi,
serta memecah belah suku-suku di sekitarnya, ia menjadikan Tiongkok sebagai
negara terkuat di Asia Utara. Ia menghancurkan sepenuhnya kekuatan suku – suku
Turki Timur dan berhasil menguasai Daerah Ordos serta Mongolia Dalam.
Pada
masa kekuasaan Taizong hubungan antara timur dan barat makin terbuka dan
Chang-an, ibu kota Dinasti Tang menjadi kota terbesar dan termegah pada
jamannya. Salah satu prestasi terkenal pada masa kini adalah perjalanan Bhikshu
Xuanzang (kembali ke Chang-an pada tahun 645) untuk mengambil kitab suci
Tripitaka di India, dimana perjalanan ini mengandung semangat penjelajahan yang
baru menghinggapi bangsa barat sekitar 600 tahun kemudian. Rute perjalanannya
mirip dengan rute Marcopolo, sehingga Xuanzang terkadang disebut sebagai
Marcopolonya Tiongkok.
Pengganti
Taizong adalah kaisar-kaisar lemah. Berturut-turut Tiongkok diperintah oleh
Gaozong (649 – 683), Zhongzong (684; 705 – 710), dan Ruizong (684 – 690; 710 –
712). Kaisar Gaozong adalah seorang yang lemah secara fisik, sehingga akhirnya
sedikit demi sedikit kekuasaan jatuh pada selir kesayanganya yang ambisius,
bernama Wu Zetian (690 – 705). Ketika Gaozong terkena stroke pada tahun 660 dan
mengalami kebutaan serta kelumpuhan, Wu mulai bertindak atas nama suaminya di
dalam memegang kekuasaan kenegaraan.
Setelah
kematian suaminya, Wu mengangkat berturut-turut dua orang kaisar, yakni
Zhongzong dan Ruizong sebagai kaisar boneka, sebelum akhirnya pada tahun 690,
ia mengangkat dirinya sendiri sebagai kaisar dan menyebut Dinastinya dengan
nama Zhou. Namun sayang sekali Wu lupa diri dan melakukan tindakan yang
bertentangan dengan moralitas di istananya. Penyuapan dan korupsi marak di
mana-mana, sehingga sang kaisar wanitapun kehilangan simpati rakyat. Pada tahun
705 setelah gagal menyelamatkan kekasih-kekasihnya dari pembunuhan oleh
pengawal istana yang marah, Ratu Wu turun tahta. Kaisar Zhongzong dan Ruizong
naik tahta kembali, sehingga dengan demikian Dinasti Tang bangkit kembali.
Kebudayaan
dan kesenian dinasti Tang makin berkibar pada masa kaisar berikutnya yang
bergelar Xuanzong (712 – 756), dimana ia juga merupakan seorang seniman. Salah
satu prestasi besarnya adalah pembuatan patung lembu yang terbuat dari besi
tuang, dimana patung tersebut ditemukan kembali pada tahun 1989 sejumlah empat
buah.
Hasil
karya tersebut menunjukkan betapa majunya Tiongkok di dalam seni pengolahan dan
pengecoran logam. Ilmuwan terkenal pada masa Xuanzong adalah Yixing (683 –
727), yang sekaligus merupakan seorang Bhikshu Buddha. Ia adalah orang pertama
yang menghitung panjangnya garis bujur bumi dan penemu sebuah alat yang khusus
dipergunakan untuk mengukur panjang lingkaran garis bujur. Yixing juga
merupakan penterjemah beberapa kitab-kitab suci Buddhis dari Bahasa Sansekerta
ke Bahasa Mandarin (antara lain Kitab Mahavairocana Sutra) sehingga memperkaya
kesusasteraan Tiongkok.
Kaisar-kaisar
Dinasti Tang setelah Xuanzong merupakan kaisar-kaisar yang lemah dan masa akhir
Dinasti Tang ditandai dengan kekacauan dan pemberontakan. Salah satu
pemberontakan terbesar yang menggoyahkan Dinasti Tang adalah pemberontakan An
Lushan yang berlangsung hingga tahun 763 selama pemerintahan dua kaisar, yakni
Suzong (756 – 762) dan Daizong (762 – 779). Pemberontakan ini menyita kekayaan
dan kekuatan Dinasti Tang. Kelemahan Dinasti Tang ini tidak disia-siakan oleh
Bangsa Tibet yang berulang kali menyerang Tiongkok hingga tahun 777. Hingga
menjelang akhir hayatnya, para kaisar terakhir Dinasti Tang gagal untuk
mempertahankan kekuasaannya atas para gubernur setempat. Bahkan jarang dari
para kaisar tersebut yang memerintah lebih dari 15 tahun. Salah seorang dari
para gubernur yang makin kuat tersebut, Zhu Wen, membunuh Kaisar Zhaozong (888
¡V 904), serta mengangkat putera kesembilannya, Aidi (904 – 907) sebagai kaisar
boneka. Namun pada akhirnya ia sendiri mengangkat dirinya sebagai kaisar serta
memproklamasikan berdirinya Dinasti Liang Akhir, sehingga berakhirlah Dinasti
Tang.
Selama
periode berikutnya, Tiongkok kembali mengalami perpecahan dan kekacauan. Lima
dinasti secara berturut-turut berkuasa di utara (Liang Akhir, Tang Akhir, Jin
Akhir, Han Akhir, dan Zhou Akhir), sementara itu di selatan terdapat sepuluh
kerajaan. Oleh karenanya periode sejarah ini dinamakan Wu Dai Shi Guo (Lima
Dinasti dan Sepuluh Kerajaan).
K. Zaman Lima Dinasti dan Sepuluh
Kerajaan
Runtuhnya dinasti tang membawa
cina dalam zaman kegelapan yang cukup panjang. Cina mengalami zaman kegelapan
dan kekacauan ini hampir setengah abad. Diwilayah utara secara bergantian
berdiri lima dinasti yang masing-masing hanya berkuasa dalam waktu yang
relative singkat, yaitu:
1. Liang akhir (907-923) yang didirikan oleh Liang Tiazu
setelah berhasil mengahncurkan dinasti Tang.
2. Tang kahir (923-947) yang didirikan Li cunxu yang berhasil
menaklukan Liang akhir.
3. Jian akhir (936-947) didirikan oleh Shih Ching Tang
4. Han akhir (947-951) didirikan oleh Liau Chi Yuan
5. Zhou akhir (951-960) didirikan oleh cou wei, tapi
kerajaan ini tidak berlangsung lama karena Zhao kuangyin merebut tahta dan
mendirikan dinasti shong.
Sementara itu di selatan secara
silih berganti berdiri sepuluh kerajaan yang keadaannya lebih stabil. Adapun
kerajaan-kerajaan tersebut adalah:
1. Kerajaan
Wu (902-937)
|
2. Kerajaan
Tong selatan (937-965)
|
3. Kerajaan
Ping selatan (924-963)
|
4. Kerajaan
Chu (927-951)
|
5. Kerajaan
shu awal (907-925)
|
6. Kerajaan Shu akhir (934-965)
|
7. Kerajaan Ming (909-945)
|
8. Kerajaan utara (951-979)
|
9. Kerajaan Han Utara (917-971)
|
10. Kerajaan
Wu Yue (907-978)
|
L. Dinasti Song
Zhao Kuangyin merupakan seorang panglima perang dari
dinasti Zhou akhr yang berhasil mempersatukan cina dan mendirikan dinasti Song.
Zhao berhasil menghapuskan kekuasaan para gubernur militer sehingga politik
menjadi lebih stabil. Lima penguasa pertama dinasti song merupakan penguasa
berpikiran palinng maju dalam sejarah cina. Namun dinasti song harus
memindahkan kekuasaannya ke selatan Karen serbuan Bengsa Jin. Ibu kota song
dipindahkan ke Linan oleh panngeran Zhao Gou. Pada masa dinasti Song selatan
Cina mengalami ketidak stabilan baik dari segi politik maupun militer. Dinasti
Song runtuh karena serangan bangsa mongol pada masa kekuasaan kubilai khan.
M. Dinasti Yuan
Dinasti Yuan merupakan dinasti
asing di Cina karena didirikan oleh bangsa mongol. Dinasti Yuan secara resmi
didirikan oleh kubilai khan, walaupun sebenarnya Jengsi khan lah yang menjadi
pelopor dari idnasti ini. Periwtiwa penting yang terjadi pada masa kubilai khan
adalah berkunjungnya marcopolo yang sekaligus menandai adanya hubungan antara
dunia timur dengan dunia barat. Kubilai khan juga terkenal sebagai raja yang
terus melakukan invansi besar-besaran kea rah timur dan selata, yaitu ke korea,
jepang, campa, annam, dan jawa. kubilai khan juga terkenal sebagai seorang raja
yang sangat toleransi dengan umat beragama.
Kubilai khan digantikan oleh
temur oijeitu. Pada masa pemerintahannya ditandatangani perjanjian perdamaian
dengan jepang. Akhir dinasti Yuan terjadi banyak benacan alam, seperti banjir
dan wabah penyakit sampar. Selain itu juga terjadi banyak pemberontakan antara
lain pemberontakan topi merah yang dipimpin oleh zhu Yuanzhang.
N. Dinasti Ming
Zhu Yuanzhang berhasil mengusir bangsa mongol kembali
ke utara dan menghancurkan dinasti Yuan. Ia mendirikan dinasti Ming dengan
ibukota di Yingtian. Zhu Yuanzhang menjabat sebagai kaisar. Ia melakukan
reformasi sistem pemerintahan dan birokrasi untuk mencegah menculnya lembaga
pemerintahan yang mempunyai wewenang yang terlalu besar.
Dipenghujung dinasti Ming, pemberontakan marak terjasi
di seluruh negeri. Beijing jatuh ke tangan Li Zicheng. Li bersengketa dengan
salah satu jederal ming, wu Sangui. Untuk menunbangkan Li zicheng, Wu Sangui
menangkapi seluruh keluarga Li yang tinggal di ibukota Ming. Mereka diserahkan
kepada suku Manchu. Wu dibantu suku Manchu akhirnya bisa mengalahkan Li. Suku
Manchu akhirnya membangun kekuasaan baru di tanah china.
O.
Dinasti
Qing
Dinasti qing dikenal juga dengan
sebutan dinasti Manchu. Setelah berhasil mengalahkan Li, orang-orang Manchu
akhirnya bisa menguasai Beijing pada tahun 1644. Pangeran Duo’ergun akhirnya
mendirikan dinasti Qing dan mengangkat Shunzui sebagai kaisar pertamanya.
Dengan bantuan jendrak-jendral Ming yang membelot, pasukan Qing mampu menghabisi
sisa-sisa keluarga kerajaan Ming yang berusaha mendirikan tahta baru di
selatan.
Dinasti Qing terkenal dengan
kebijakannya yaitu memaksa orang-orang China menuruti cara berpakaian dan gaya
rambut bangsa Manchu, yaitu mencukur rambut bagian depan dan mengepang rambut
bagian belakang. Bagi orang China kebijakan ini merupakan sebuah hinaan. Namun
mereka tidak bisa menolak karena bagi orang China yang tidak mau menurut akan
mendapat hukuman penggal.
Kehadiran bangsa barat awal abad
ke-18 menggerogoti kekuasaan bangsa Manchu. Terjadi banyak pemberontakan, yang
terbesar adalah pemberontakan Taiping. Setelah itu meletus perang candu dan
terjadi revolusi kebudayaan China. Dengan berakhirnya Dinasti Qing maka
berakhir pula sistem kekuasaan dinasti di China.
P. China Modern
China adalah sebuah fenomena menarik
dalam dunia modern. Tidak ada yang pernah mengerti dengan benar negara bangsa
dengan peradaban terlama di dunia ini mampu menggerakkan kemajuan ekonomi
mengikuti selurus asas kapitalistik yang dibungkus dengan sebutan ekonomi pasar
sosialis.
Banyak yang masih mencari apa yang
menjadi kekuatan penggerak di balik kemajuan yang berhasil dicapai dalam kurun
30 tahunan, menjadikan China sebagai negara yang sangat berpengaruh yang mampu
melampaui keberhasilan ekonomi dan perdagangan Jepang, Jerman, Inggris, dan
negara maju lain.
Banyak yang percaya kalau Partai
Komunis China (PKC) adalah mesin penggerak utama yang menghasilkan berbagai
perubahan, termasuk memperkenalkan asas kapitalistik dan menjadikan para pedagang
dan pengusaha ikut menjadi bagian sebagai anggota PKC. Dan tema penting adalah
bagaimana menempatkan rakyat ke dalam keseluruhan pembangunan.
Ada empat aksara China yang menjadi
inti penting bagaimana kekuasaan China menempatkan rakyatnya. Empat aksara yang
ditulis tangan oleh Mao Zedong ketika mendirikan RRC dan menjadi simbol (foto
atas) adalah ”wei renmin fuwu”. Mengabdi untuk rakyat. Aksara yang terpampang
di mana-mana, termasuk gerbang utama Zhongnanhai, tempat para pejabat negara
bekerja dan tinggal.
Rakyat menjadi tema sentral kekuasaan
PKC dan dilema utama yang ingin diselaraskan sesuai dengan kemajuan yang
dicapai adalah bagaimana menempatkan adat istiadat sesuai dengan konteks
kemajuan modernisasi China.
Kapital-sosialisme
China adalah negara dengan catatan
peradaban yang panjang dan agama ataupun kepercayaan di China sekarang ini
menjadi isu penting dalam mengisi kemajuan pembangunan ekonomi dan menempatkan
PKC sebagai penggerak dan pelopor utamanya.
Salah satu fenomena menarik adalah
berdirinya patung Konfusius di Lapangan Tiananmen, lapangan sakral tempat
diproklamasikannya RRC. Selama sejarah kekuasaan komunis, terutama pada masa
Revolusi Kebudayaan, penguasa PKC melakukan pembatuan total pemikiran rakyat
China atas ajaran dan kepercayaan yang dianggap menghambat terbentuknya
masyarakat sosialis.
Setelah kemajuan yang dicapai China
selama ini, ada persoalan yang dihadapi bagaimana mengisi kesejahteraan dalam
persaingan ekonomi di kalangan rakyat dalam sistem terbuka. Kehadiran patung
perunggu Konghucu di Lapangan Tiananmen, Beijing, menunjukkan bahwa ada
kesadaran para penguasa Beijing perlunya sebuah pegangan bagi rakyat yang
sesuai dengan karakteristik China.
Robert Lawrence Kuhn buku terbarunya How China’s Leader Think: The Inside
Story of China’s Reform and What This Means for the Fuuture (John Wiley &
Sons, 2010) menceritakan bagaimana dilema para pemimpin China antara tingkat
kepercayaan dalam ekonomi pasar dan rasa bisnis yang harus muncul agar tidak
terjadi stagnasi dalam masyarakat.
Ada semacam upaya untuk menggali
kembali nilai-nilai tradisional lama yang pernah menjadikan berbagai kekaisaran
China mengalami masa kejayaannya, dan menggabungkannya dengan berbagai prinsip
yang dianut PKC untuk menghasilkan nilai-nilai yang berkarakteristik China.
China tidak hanya membangun dengan
penuh percaya diri tentang sosialisme ala China, tetapi juga kapitalisme ala
China untuk menjadi kapital-sosialisme ala China yang sesuai dengan budaya,
moral, dan etika yang menjadi fondasi masa kejayaan kekaisaran China yang lalu.
Dan ini upaya dilakukan dengan pemisahan yang jelas dan tegas, persoalan
politik yang tidak bisa bercampur dengan masalah kemajuan pembangunan ekonomi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar